Nanti Bagaimana vs Bagaimana Nanti

October 15, 2015





Tipe-tipe orang di sekitar kita memang beragam. Ada yang seriusnya bukan kepalang, ada yang bercandanya gak ketulungan. Dari kegaringan ringan, sampai guyonan krik-krik tingkat akut dilempar dengan pede-nya.

Hmm, memang seperti itulah hidup, harus berwarna. Tidak boleh datar dan monoton. Tidak boleh asal hidup dan mengalir saja seperti air.

Karena penulis adalah lelaki, maka aku akan berkomentar mengenai dua tipe orang dari perspektif lelaki. Tapi, hal ini bisa juga jadi referensi bagi perempuan. Penasaran? Coba disimak!

1. Tipe Nanti Bagaimana

Kalau kamu termasuk tipe orang yang suka berencana dan teratur membuat jadwal kegiatan, berarti kamu masuk golongan Nanti Bagaimana.

Mengapa? Sebab, orang-orang bertipe ini akan dengan teliti mendaftar apa-apa saja yang akan dilakukan. Dengan rapi. Dengan sistematis. Kalau lebih rajin, mereka akan mengkalkulasi apa-apa saja risiko dan dampak dari perilaku yang akan dikerjakan. Mereka takut hal-hal yang tidak diinginkan atau negatif terjadi pada hidupnya.

Orang-orang tipe ini memang terkesan kaku. Tidak nyantai. Tidak fleksibel. Namun, bukankah hidup memang tidak diperuntukkan untuk mereka yang hanya bermain-main?

Mereka serius memandang masa depan yang tidak pasti dengan cara mempersiapkan dengan baik dari sekarang. Kalau tipe ini dimiliki oleh seorang lelaki, hampir pasti dia akan bertanggung jawab kepada perempuannya.

Bahasa kerennya, the man with the plan. Lelaki tipe ini yang akan mapan di masanya nanti. Kalau kamu termasuk perempuan yang peka melihat potensi lelaki tipe ini, tidak akan salah jikalau kamu memilihnya untuk jadi pendamping kelak.

Nanti Bagaimana, membuat mereka lebih dahulu mempersiapkan segalanya. Seperti pepatah, victory loves preparations, hidup memang harus seperti itu. Persiapkan, lalu jadilah pemenang!

2. Tipe Bagaimana Nanti

Ucapan yang sering terlontar dari pemilik tipe ini, yakni: Nyantai aja, Bro! Yaelah, serius amat sih lo! Woles-woles! Relax, everything is gonna be okay!

Dan, kalau mereka ditanya di masa depan mau ngapain, jawabnya pasti: ya dibawa ngalir aja seperti air. Tidak jelas arah dan tujuannya, asalkan mengalir.

Mereka terkesan menggampangkan roda kehidupan akan membawa nasib mereka ke arah yang lebih baik, tanpa melakukan usaha lebih. Ya, seperti menanti durian jatuh di siang bolong. Tidak berusaha memanjat pohonnya dan memetik.

Orang bertipe ini, ada juga yang di tengah jalan menemukan keburuntungan dan sukses. Tapi, apa semua akan mengalami nasib baik yang sama? Jawabnya: tidak. Maka untuk itu, dibutuhkan persiapan yang matang agar tidak sekadar mengandalkan nasib baik dari Tuhan.

Cendikia mengatakan, “Keberuntungan datang bagi mereka yang berusaha, bukan hanya menurut dan diam saja.” Dan, sepertinya kalimat tersebut cukup jleb bagi mereka yang bertipe Bagaimana Nanti.

Kalau penganut tipe ini adalah seorang lelaki, mesti hati-hati bagi perempuannya. Ya, saat sang perempuan bertanya, “Sayang, setelah lulus kamu mau kerja apa?” Jawab lelakinya, “Ya, bagaimana nanti.” Lalu, sang perempuan bertanya lagi, “Sayang, hubungan kita mau dibawa ke jenjang mana?” Jawab lelakinya dengan santai, “Ya, bagaimana nanti.”

Memangnya mau, kalian, para perempuan kalau setiap bertanya serius, lalu dijawabnya dengan seperti itu. Pasti tidak mau, kan?

Lalu, apa solusinya? Ya, cobalah sesekali didorong lelaki kalian itu untuk sedikit demi sedikit serius memandang masa depan. Tidak hanya bermain-main saja. Tidak hanya hangout dan bersenang-senang saja. Semoga dengan penuh kesabaran, dia bisa berubah.

Kalau nih sudah didorong dan disepikin terus, lalu mereka tetap tidak mau berubah. Mungkin ya, punten, bisa tuh kalian cari lelaki lain yang mudah diubah jadi lebih baik. Simple-nya, hidup itu pilihan. You have to choose the better one.

Kalau masih ada ganjalan, atau belum sepenuhnya setuju dengan tulisan ini, cobalah memberi jeda untuk merenung, lebih baik mana, menjadi tipe Bagaimana Nanti, atau Nanti Bagaimana.

Posting ini dibuat bukan untuk menggurui. Larik di atas ditulis dengan penuh kerendahan hati. Hanya saja, rasanya ingin sekali membagi hal-hal positif agar berguna untuk orang lain.

Salam berkarya! Semoga bermanfaat, maaf, dan terima kasih!
(IPM)

Bandung, 2014-2015

__

Followers