Ingatan Makan Malam Kemarin

June 03, 2015





Ada yang selalu kuingat dari makan malam bersamamu kemarin...

Kamu memakai kain penutup kepala berwarna cokelat, atau pula krem, sebab lampu restoran membuatnya tampak sama. Tapi, kujamin corak polos yang kamu pilih, kian pas dipadu padan parasmu. Matamu senja, terlihat indah di penghujung sinar mentari yang kembali ke peraduannya.

Apa menu sajiannya terlampau lezat sehingga kuingat? Ah, biasa-biasa. Terkadang, hidangan bintang lima atau kaki lima, soal rasa, sama saja, tergantung kau menyantapnya dengan siapa.

Denganmu, masakan apa saja kurasa merupa istimewa.

“Apa kau benar-benar menyukaiku?” tetiba bibirnya yang mungil mengeluarkan suara.

Spontan, lidahku membalas, “Iya, aku suka. Suka sekali, bahkan.”

“Hmm, aku selalu berpikir kalau kamu menilaiku terlalu, atau bisa jadi terlampau baik.”

Aku masih diam.

“Sebenarnya... aku tak sebaik yang kau kira. Aneh saja rasanya kalau kamu sebegitunya menyukaiku.”

“Apa anehnya?”

“Ada beberapa sisi dalam diriku yang kamu belum ketahui. Kalau cover-ku seperti ini, mungkin kamu tertipu. Di rumah, aku adalah wanita yang berantakan. Aku suka tidur, yang berkebalikan denganmu. Aku sering marah-marah tidak jelas karena hal kecil. Dan, moody-ku ini sanggup membuat illfeel siapa saja,” terang dia panjang.

“Lalu?”

“Aku... aku sungguh cuma perempuan biasa. Barangkali, diriku yang kamu suka hanya ada dalam imajinasimu.”

“Aku tidak suka berimajinasi.”

“Begini, cobalah dengar dan pikirkan baik-baik, apakah kamu sangat menyukaiku?”

“Iya.”

“Tuh, kan, kamu bahkan belum berpikir. Sudahlah, pikirkan dulu baik-baik, kemudian barulah kau jawab.”
___

Setelah obrolan itu, kami sama-sama diam.

Dalam hati, ada segudang tanya yang tiba-tiba muncul: Apa maksud pernyataannya tadi? Apa dia menolakku? Benar, aku khawatir, terlagi takut.

Selama ini, kupikir mungkin aku adalah lelaki yang percaya diri, teramat dominan. Namun, saat itu aku jadi sadar, aku sangat pengecut di depan wanita yang kucintai.
___

“Ada yang selalu kuingat dari makan malam bersamamu kemarin.”

“Apa?” katamu.

“Aku tak bisa lama-lama berpikir dan membuatmu menunggu. Aku langsung menjawabnya kembali, sesegera setelah kamu memintaku mempertimbangkan. Maaf, aku tergesa. Kepadamu, aku benar-benar suka.”

Bagaimana mungkin kamu masih melibatkan logika, saat di depanmu ada dia, dan kamu benar-benar tengah jatuh cinta kepadanya?

When I saw you I fell in love, and you smiled because you knew. -William Shakespeare
(IPM)


*) Ini untuk kamu. Esok, mari ciptakan makan malam tak terlupakan lagi!

Bandung, Januari 2015

#Ilustrasi diunduh dari sini  

Followers