Siapa Bilang Cinta Tidak Butuh Alasan dan Balasan?

March 21, 2015





Sudah rahasia umum jikalau kamu sangat mencintai dia. Kupakai kata ‘mencintai’, sebab rasamu akannya lebih dari sebatas ‘suka’ atau pula ‘sayang’. Mana mungkin seorang lelaki berani melakukan hal-hal gila teruntuk seseorang, bila bukan bersebab cinta?

Usaha untuk menunjukkan betapa cintanya kamu ke dia itu nyata. Terlebih tulus, menurutku. Kalau pun tidak sanggup kamu perlihatkan langsung, panjatan kepada Sang Pencipta adalah jalan terbaik yang kamu pilih. Kamu bermunajat ini-itu hanya untuk dia, agar harinya cerah, bahagia, serta selalu berwarna.

Oh, asal kamu tahu, itu tindakan romantis. Hanya saja, dia tak pernah mengerti jika lembaran harinya terasa hangat bersebab doamu. Dia berlaku seperti tidak terjadi apa-apa. Acuh saja dia kepadamu, atau mendekat hanya ketika butuh.

Barangkali memang benar anggapan bahwa perempuan tidak sepatutnya memulai terlebih dulu. Perempuan kodratnya ialah dikejar. Perempuan itu menunggu. Dan... semua dogma tersebut dianut ‘supaya enggak dianggap gampangan’, ‘supaya enggak disebut murahan’. Tentu, kamu wajar akan hal itu.

Juga, kamu merasa maklum apabila di awal pendekatan, kamulah yang harus jatuh bangun meyakinkannya. Bahwa kamu bersikeras menjelaskan serius ingin bersamanya. Itu sama sekali bukan masalah bagimu. No pain, no gain.

Namun, ketika waktunya sudah cukup lama untuk disebut pendekatan, kamu mulai berpikir. Kamu tentu sebagai lelaki masih mengedepankan logika. Nalarmu jalan, bahkan untuk urusan perasaan. Kamu tak mengharapkan apa-apa, hanya ‘alasan’.

Iya, alasan mengapa dia patut kamu perjuangkan sedemikian lama. Alasan mengapa dia berhak menerima segala usahamu, entah itu waktu, tenaga, pikiran, atau pula materi. Alasan yang akan membuatmu terus melakukan hal-hal istimewa untuk melihat dia bahagia. Dan, sesederhana alasan bahwa yang kamu kerjakan selama ini bukan hal sia-sia, terlebih dia juga memiliki rasa yang sama.

Ungkapan bahwa ‘cinta itu tidak harus memiliki’, atau ‘mencintailah seperti matahari yang tanpa pamrih’, tiada pernah tercetak dalam kamusmu. Bagimu, cinta itu harus berbalas. Ketika kamu tengah mengusahakan banyak hal untuk dia, setidaknya kamu juga ingin melihat apakah upayamu menampakkan hasil. Entah ucapan darinya, atau pula balas perhatian.

Karena apa? Kamu tidak ingin menua, hidup dalam keniscayaan, atau pula mati konyol hanya untuk mengejar seorang perempuan yang tidak balik mencintaimu. Pada akhirnya, di suatu titik tertentu, kamu pun menghela napas panjang dan berkata, “Enough is enough,” lalu pergi menjauh, ketika perjuanganmu nyatanya tidak membuahkan hasil.

Ada ‘sense of justice’ yang dimiliki setiap insan, rasa keadilan. Kalau dia sudah kamu perjuangkan, mengapa dia tidak memperjuangkanmu balik. Bila dia telah kamu perhatikan, mengapa dia tidak balas memperhatikanmu. Meski berat rasanya menyembunyikan rasa kecewa itu, tapi bagimu hidup harus terus berjalan.

Kamu pun melangkah menuju orang yang baru, tak lagi menghiraunya. Namun anehnya, di saat-saat seperti itu, justru biasanya dia akan balik mendekatimu. Mungkin dia baru sadar, ada seorang spesial yang hilang dalam hidupnya.

Apa kamu selemah itu dan berpaling lagi menuju dia?

Ah, kamu tidak selabil itu. Kamu sudah muak dengan dia yang terlalu gengsi mengakui juga suka. Kamu sebal dengan dia yang tak pernah mengerti arti ‘terima kasih’ karena sudah diperjuangkan.

Seperti prediksiku, kamu pun memilih pergi, bersama perempuan yang perilakunya tidak rumit, yang sederhana memberi perhatian saat ucapan ‘sayang’ malu dilantunkan, yang tidak segan menghubungi terlebih dulu di saat rindu, dan yang sama sekali berbeda dibandingkan dengannya.

Masa bodoh bila ‘tidak ada tantangan’ atau ‘tidak ada perjuangan yang berarti untuk mendapatkan seseorang’, sebab di satu titik, kamu hanya ingin semuanya berjalan sederhana. Tanpa drama.
___

Kehidupan telah terlampau rumit untuk dicampuri dengan hal-hal seperti itu. Dan, setiap lelaki itu sederhana, kalau kamu tidak memberi arti atas apa yang telah diperjuangkannya, tentu dia akan pergi, mencari seorang lain yang benar menghargai segala usahanya.
(IPM)

Bandung, Maret 2015

#Ilustrasi diunduh dari satu 

Followers