Seru Sendu dari Hubungan Jarak Jauh

May 14, 2015




Cukup kangen. Itulah frasa yang ngegambarin perasaan penulis ketika lama engga nge-posting artikel di laman ini. Setelah sok sibuk dengan tugas akhir sarjana, akhirnya ada jeda juga. Oh ya, beberapa waktu lalu penulis janji nih sama salah satu rekan kuliah kalau mau nulis kisahnya di sketsastra.

“Ntar nih ya, kalau urang udah kelar seminar, urang tulis dah kisah lu di blog. Serius,” kata penulis waktu itu ke dia.
.

Dan, alhamdulillah, seminar tugas akhir pun sudah terlewati seminggu lalu. Nah, kini saatnya melunasi janji. Biar engga dikata suka ingkar. Hehe.
____

Well, tema malam ini tentang.... Long Distance Relationship (LDR), spesial pakai telor buat nona berbehel rangkap dua terkonjugasi dan kacamata tebal yang lagi nunggu seseorang pulang. Hehe, kok mirip Betty La Fea ya deskripsinya, bercanda.


Sebenarnya, apa sih yang salah dari LDR? Hmm, jawabnya engga ada.

Sah-sah saja kok kalau kamu pengen mencoba ‘style’ berhubungan yang baru. Baca: LDR. Yang engga sering ketemu. Yang kalau malem minggu dateng, nangkringnya malah di depan laptop nunggu dia online. Yang kalau tetiba dia engga ada kabar kamunya langsung merupa FBI atau orang paling posesif sedunia. Yang kalau kangen cuma bisa dilampiaskan dengan, “Ihh, aku kangen kamu tauk, ayo ketemuan!!!” Dan balesannya dia kadang singkat, “Kalem ya, Sayang, ntar kalau ada cuti, aku ke sana, nemuin kamu.”

Kamu pun hanya bisa berdoa setelah itu, “Tuhan, semoga bos dia memberinya cuti selama-lamanya. Aamiin.” Itu mah bukan cuti atuh, tapi resign. Hehe.


Gimana? Sanggup menjalani yang seperti ini?

Kalau engga, coba lambaikan tangan di depan kamera sambil bilang, “Nyerah, Mas, nyerah, saya milih yang Short Distance Relationship saja. Kalau bisa yang rumahnya hadep-hadepan sama rumah saya, biar kalau kuota habis masih bisa tatap muka.”

Namun, pernah engga sih kamu terpikirkan bagaimana ajaibnya sebuah pasangan LDR sanggup bertemu dan akhirnya jadian?

Ya, perkara ‘bertemu’ itu memang kecocokan hati dan rahasia Illahi. Ada lho yang sekelas, tiap hari bertegur sapa, saling minjem catatan, belajar bareng, sampai nganterin pulang, eh pada akhirnya hatinya ‘engga bertemu’. Hanya sebatas teman. Sedih.

Tapi, ada juga lho yang ketemunya barangkali cuma sekali, itu pun udah lama, terus lihat akun dia di Facebook, tekan tombol friend request, approving, nge-chat sampai pagi, dirasa nyambung, dan jadian. Sesederhana itu. Bahagia.

Memang ya, jarak, yang biasanya identik dengan LDR, itu adalah relatif. Bisa aja yang pacarannya beda pulau, yang satu di Jawa dan yang satu di Papua, tetapi hatinya terasa dekat. Dan, always, selalu ada pula yang tangannya kemana-mana gandengan, tapi ternyata oh ternyata hatinya berjauhan.

Ketemu, eh malah engga ngobrol, main hape sendiri-sendiri. Ketemu, eh malah berantem, adu gulat. Ketemu, eh malah diskusi tugas besar. Ketemu, eh malah ngomong, “Aku pengen bicara sesuatu ke kamu.” Pacarnya ngejawab, “Apa?” Lalu, petir di siang bolong pun menggelegar, “Kayaknya aku ngerasa bosan dengan semuanya. Kita break dulu ya, Sayang.”

Kata ‘break’ di sini maknanya bukan istirahat. Ini ‘break’ yang terselubung, untuk lebih menghaluskan kalimat nyelekit bin taklid, “Kita putus ya.”

Beh, tenang, Sob, kalau kamu LDR-an mah engga ada momen enek atau bosan satu sama lain seperti barusan. Ya iya toh, lha wong jarang ketemu (logat Jawanya keluar). Yang ada justru kamu punya segudang, atau dua gudang, atau se-alun-alun kota Bandung topik pembicaraan yang ingin disampaikan.

“Hmm, gimana ya mulainya. Aku pengen cerita baaaaaanyaaaakkk banget ke kamu.”

“Udah, mulai aja. Telingaku buat kamu hari ini,” balas dia. Kamu pun langsung melting, langsung speechless, langsung engga jadi cerita.


LDR bakal ngajarin kamu banyak hal, kata Dara Prayoga. Jarak ngajarin kamu bersabar, ngajarin kamu merelakan ego, ngajarin kamu ngehargai waktu bertemu yang singkat dan jarang, dan... lebih lanjut ngajarin kamu saling percaya.

Bagaimana engga? Secara fisik, kamu engga ngeliat lho apa yang dilakukannya sekarang di sana. Bisa aja sewaktu kamu WA, “Sayang, lagi apa?” Terus dia jawabnya, “Lagi nemenin Mama,” eh, nyatanya dia lagi jalan nemenin anak cewe kenalannya Mama. Kan bisa aja.

Atau, kamu nge-LINE, “Sayang, lagi di mana?” Lalu dia bales, “Lagi di rumah,” eh, realitanya dia lagi di rumah gebetan barunya, asik ngapel malem minggu. Kan kamu engga tahu.

Jadi sarannya, mending kalau nanya pakai embel-embel gini. Misal, kamu lagi nanya, “Sayang, lagi ngapain sekarang?” Dia lalu bales, “Lagi nguras sumur, Sayang, disuruh Mama.” Karena kamu udah belajar dari pengalaman sebelumnya, kamu engga langsung percaya. Dan... kamu typing lagi tuh, “Hmm, mana selfie-nya? Coba kirim ASAP. No pict = hoax.”

Hmm, kalau gitu kan bisa divalidasi jawaban pacarmu yang lagi LDR itu. Aman. Dijamin engga lama, kamu bakal berubah status: jadi jones lagi. Hehe.


Ada banyak lagi suka-duka dari sebuah hubungan LDR. Namun, untuk malam ini cukup itu dulu. Yang jelas, menurut penglihatan dan pengamatan penulis, seorang yang lagi LDR itu engga pernah jauh sama yang namanya gadget. Entah smartphone, tablet, laptop, dan juga terpenting, beserta charger atau powerbank-nya. Ya, setidaknya berkaca pada rekan penulis yang lagi LDR ini.


Anyway, LDR sama yang beda beratus atau beribu kilometer mah itu udah biasa. Teknologi sanggup mendekatkan. Dan... barangkali engga susah-susah amat. Nah, yang susah itu LDR-an sama seseorang di masa depan. Kayak kamu, iya, kamu, yang lagi baca postingan ini sekarang, yang LDR-an sama someone yang kini belum jelas berada di mana.

Gimana, engga aus itu hati? Udah berapa ribu malem minggu dilewatin sendiri?

As a final point, LDR adalah salah satu jenis hubungan untuk mengetahui apakah itu beneran cinta, serius, ataukah hanya berkedok kedekatan fisik belaka. Katanya, mereka yang bersungguh-sungguh, tak pernah memasang komitmen dengan ragu-ragu.

Semoga kamu, yang lagi LDR-an saat ini, dilancarkan dan dipercepat menuju pelaminan. Kan so sweet tuh, tetiba dia bilang, “Aku mau cuti tiga bulan. Aku engga mau rencanaku meminangmu berantakan. Aku besok ke kotamu, tunggu aku.” Saking senengnya, kamu langsung beresin draft skripsi dalam hitungan jam, dan perlu dicatat, tanpa revisi. *kan lagi berbunga-bunga ceritanya

Oh ya, semoga kamu juga, yang masih single dan lagi buka oprec, sering-seringlah berdoa, “Tuhan, kalau ada yang dekat, tolong berikanlah aku jodoh yang dekat. Minyak dunia kan engga pasti turun terus harganya. Aamiin.”
____

Yap, itu tadi pengobat kerinduan dan penebus janji yang sudah ditunaikan oleh penulis. Kalau ada cerita lain mengenai keseruan dan kesenduan mengenai LDR, boleh banget lho tinggalkan jejak di kolom komentar. Pakai anonim juga gapapa, bisi pemalu atau alay nama akun google-nya.

Seperti biasa, tulisan di atas adalah hasil tinjauan pustaka beberapa sumber. Bisa dari laman internet, buku populer di samping tempat tidur, lagu favorit, hingga pemikiran penulis sendiri. Bila ada yang kurang berkenan, ya mohon dimaafkan. Salam berkarya!
(IPM)

Bandung, Mei 2015

#Ilustrasi diunduh dari satuduatigaempatlima, enam 

Followers