Katamu, Perihal Jatuh Cinta

February 14, 2016



Katamu, teman, terlagi buku bacaan, ialah hal yang membentuk pribadi seseorang. Apa yang didengarkan dari setiap perbincangan, nyatanya diam-diam mengendap merupa persepsi. Lebih jauh, mewujud alibi yang lambat laun mulai dipercayai. Diyakini. Hingga akhirnya menjadi peganganmu, agar tak ragu lagi.

Aku yang dahulu selalu kamu beritahu akan ini dan itu, dengan polosnya begitu saja percaya. Kamu pula yang mengajari bagaimana memilih perempuan untuk dijatuhcintai. “Tentu tidak sembarang orang yang datang. Kamu mesti tahu mana yang tepat, mana yang bukan,” pungkasmu.

“Lantas, bagaimana caranya membedakan?”

Dia yang tepat, akan membuatmu menjadi pribadi yang selalu merasa ‘kurang’. Seakan-akan, kualitasnya jauh berada di atasmu. Hingga, kamu pun merasa ragu, apakah bisa lelaki semacammu sanggup menjadi pilihan hatinya.

“Apakah yang seperti itu layak dinamakan cinta? Bukankah cinta itu debaran pertama yang dirasakan ketika bertemu, berbincang, atau bertatap dengan seseorang?”

Kamu bisa memilih cinta mana yang akan kamu perjuangkan, dan mana yang tidak. Debaran pertama, mungkin benar itu cinta, akan tetapi kamu kuasa mengambil sikap, melanjutkan mewujud debaran kedua, ketiga, dan seterusnya, atau justru mengakhirinya, tak memberi kesempatan.

Semenjak obrolan tawar di petang yang hambar itu, aku mulai berpikir, ada benarnya juga tentang apa yang dikatakannya. Aku butuh seseorang yang membuatku terus tumbuh, yang mendorongku untuk menaikkan kualitas agar sebanding dengannya. Tapi siapa? Aku belum menemukannya.

Pelan saja, dalam hati aku mengakui, ternyata selama ini aku menaruh kagum pada seseorang: kamu.

Mengapa aku jauh-jauh mencari? Toh, perempuan yang mengajariku tadi, diam-diam, nyatanya layak untuk dijatuhcintai.
(IPM)

Anyer, Februari 2016
#Ilustrasi diunduh dari sini
 

Followers